Pages

Senin, 18 Februari 2013

R.A Kartini & Pendidikan Bagi Perempuan

 R.A Kartini pada masa kanak-kanaknya sampai umur 12tahun hidupnya sempat mengenyam kebahagiaan karenamengenyam pendidikan sekolah negeri seperti halnya saudara laki-lakinya. hal ini bukan peristiwa biasa karena waktu itu sekolah bagi anak perempuan masih merupakan wilayah yang gelap, terbatas, bahkan terlarang. Ada pandangan saat itu(mungin juga sampai sekarang)bahwa anak perempuan tidak memerlukan kepaidaian terutama ilmu pengetahuan akademis papaun dalam hidupnya karena ia bukan pencari nafkah apabila setelah berkeluarga.
        Menurut Sulastin Sutrisno, bukan hanya buku-buku yang mnyebabkan kartini ingin melawan adat turun-temurun, melainkan juga keadaan dlm lingkungannya sendiri yang sejak kanak-kanak "secara langsung" atau tidak dilihatnya dan dialaminya sendiri. Dirumahnya ia selalu tunduk kepada kakak laki-lakinya, walaupun sebenarnya dia ada pada pihak yang benar. Rasa keadilannya berontak. kartini juga tidak menyukai poligami, karena tidak mengindahkan hak-hak dan perasaan perempuan sebagai patner dalam perkawinan.
        Dalam perawakan perempuan muda yang kevil dan seringkali sakit itu bersemayam jiwa luhur dan kuat yang mendorong pemiliknya bertempur dalam batinnya seolah-olah akan mati keesokan harinya. Dalam pertarungan dahsyat ini jasmaninya kalah. kartini meninggal sebagai ibu anak kandungnya sendiriyang abru berumur lima hari. Walaupun hanya sejenak, dia telah mengenyam kebahagiaan sebagai ibu sejati. Kartini tidak sempat melaksanakan ide-idenya dan tidak sempat menjadi saksi terwujudnya pikiran-pikirannya. tetapi surat-suratnya yang sampai kepada kita telah mewariskan kehidupan jiwa yang kaya raya, yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. kartini tidak menyesal tidak berumur panjang, karena ia telah memeras seluruh hidupnya untuk menyatakan semangat jamannya.

0 komentar:

Posting Komentar